Mau'idhoh

Dari 'Abdulloh bin 'Abbas rodliyallohu 'anhumaa, bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa 'alaa aalihi wa sallam bersabda,

"Jagalah Alloh, Alloh akan menjagamu. Jagalah Alloh, engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu.

Jika engkau meminta, memintalah kepada Alloh. Dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh.

Ketahuilah, jika seluruh umat bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan bagimu. Dan jika seluruh umat bersatu untuk memberikan mudhorot kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali dengan apa yang telah Alloh taqdirkan atasmu. Pena telah diangkat dan catatan telah kerin
g."

(HR. Tirmidzi, dia berkata "Hadits hasan shohih")

22 Oktober 2015

FILE 334 : Sejarah Terbunuhnya Husein Radliyallaahu 'anhumaa

Bismillaahirrohmaanirrohiim            
Walhamdulillaah, 
wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Muhammad Shollalloohu 'alaihi  wa 'alaa aalihi  wa shahbihi  wa sallam     
Wa ba'du     
…. 

  Syahidnya Husein Radhiallahu ‘anhu di Padang Karbala 

         Disusun oleh:           
Syaikh Utsman al-Khomis
(Diterjemahkan dengan beberapa tambahan oleh Nurfitri Hadi) 
 
  
[Tulisan berikut ini diterjemahkan dari tulisan dan sebagian ceramah Syaikh Utsman al-Khomis, seorang ulama yang terkenal sebagai pakar dalam pembahasan Syiah]

Pembahasan tentang terbunuhnya cucu Rasulullah, asy-syahid Husein bin Ali ‘alaihissalam telah banyak ditulis. Namun beberapa orang ikhwan meminta saya agar menulis sebuah kisah shahih yang benar-benar bersumber dari para ahli sejarah. Maka saya pun menulis ringkasan kisah tersebut sebagai berikut –sebelumnya Syaikh telah menulis secara rinci tentang kisah terbunuhnya Husein di buku beliau Huqbah min at-Tarikh-.

Pada tahun 60 H, ketika Muawiyah bin Abu Sufyan wafat, penduduk Irak mendengar kabar bahwa Husein bin Ali belum berbaiat kepada Yazid bin Muawiyah. Maka orang-orang Irak mengirimkan utusan kepada Husein yang membawakan baiat mereka secara tertulis kepadanya. Penduduk Irak tidak ingin kalau Yazid bin Muawiyah yang menjadi khalifah. Bahkan mereka tidak menginginkan Muawiyah, Utsman, Umar, dan Abu Bakar menjadi khalifah. Yang mereka inginkan adalah Ali dan anak keturunannya menjadi pemimpin umat Islam. Melalui utusan tersebut, sampailah 500 pucuk surat lebih yang menyatakan akan membaiat Husein sebagai khalifah.

Setelah surat itu sampai di Mekah, Husein tidak terburu-buru membenarkan isi surat itu. Ia mengirimkan sepupunya, Muslim bin Aqil, untuk meneliti kebenaran kabar baiat ini. Sesampainya Muslim di Kufah, ia menyaksikan banyak orang yang sangat menginginkan Husein menjadi khalifah. Lalu mereka membaiat Husein melalui perantara Muslim bin Aqil. Baiat itu terjadi di kediaman Hani’ bin Urwah.

Kabar ini akhirnya sampai ke telinga Yazid bin Muawiyah di ibu kota kekhalifahan, Syam. Lalu ia mengutus Ubaidullah bin Ziyad menuju Kufah untuk mencegah Husein masuk ke Irak dan meredam pemberontakan penduduk Kufah terhadap otoritas kekhalifahan. Saat Ubaidullah bin Ziyad tiba di Kufah, masalah ini sudah sangat memanas. Ia terus menanyakan perihal ini hingga akhirnya ia mengetahui bahwa kediaman Hani’ bin Urwah adalah sebagai tempat berlangsungnya pembaiatan dan di situ juga Muslim bin Aqil tinggal.

Ubaidullah menemui Hani’ bin Urwah dan menanyakannya tentang gejolak di Kufah. Ubaidullah ingin mendengar sendiri penjelasan langsung dari Hani’ bin Urwah walaupun sebenarnya ia sudah tahu tentang segala kabar yang beredar. Dengan berani dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga Nabi (Muslim bin Aqil adalah keponakan Nabi), Hani’ bin Urwah mengatakan, “Demi Allah, sekiranya (Muslim bin Aqil) bersembunyi di kedua telapak kakiku ini, aku tidak akan memberitahukannya kepadamu!” Ubaidullah lantas memukulnya dan memerintahkan agar ia ditahan.

Mendengar kabar bahwa Ubaidullah memenjarakan Hani’ bin Urwah, Muslim bin Aqil bersama 4000 orang yang membaiatnya mengepung istana Ubaidullah bin Ziyad. Pengepungan itu terjadi di siang hari.

Ubaidullah bin Ziayd merespon ancaman Muslim dengan mengatakan akan mendatangkan sejumlah pasukan dari Syam. Ternyata gertakan Ubaidullah membuat takut Syiah (pembela) Husein ini. Mereka pun berkhianat dan berlari meninggalkan Muslim bin Aqil hingga tersisa 30 orang saja yang bersama Muslim bin Aqil. Dan belumlah matahari terbenam, hanya tersisa Muslim bin Aqil seorang diri.

Muslim pun ditangkap dan Ubaidullah memerintahkan agar ia dibunuh. Sebelum dieksekusi, Muslim meminta izin untuk mengirim surat kepada Husein, keinginan terakhirnya dikabulkan oleh Ubaidullah bin Ziyad. Isi surat Muslim kepada Husein adalah “Pergilah, pulanglah kepada keluargamu! Jangan engkau tertipu oleh penduduk Kufah. Sesungguhnya penduduk Kufah telah berkhianat kepadamu dan juga kepadaku. Orang-orang pendusta itu tidak memiliki pandangan (untuk mempertimbangkan masalah)”. Muslim bin Aqil pun dibunuh, padahal saat itu adalah hari Arafah.

Husein berangkat dari Mekah menuju Kufah di hari tarwiyah. Banyak para sahabat Nabi menasihatinya agar tidak pergi ke Kufah. Di antara yang menasihatinya adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abu Said al-Khudri, Abdullah bin Amr, saudara tiri Husein, Muhammad al-Hanafiyah dll.

Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah seorang penasihat untukmu, dan aku sangat menyayangimu. Telah sampai berita bahwa orang-orang yang mengaku sebagai Syiahmu (pembelamu) di Kufah menulis surat kepadamu. Mereka mengajakmu untuk bergabung bersama mereka, janganlah engkau pergi bergabung bersama mereka karena aku mendengar ayahmu –Ali bin Abi Thalib- mengatakan tentang penduduk Kufah, ‘Demi Allah, aku bosan dan benci kepada mereka, demikian juga mereka bosan dan benci kepadaku. Mereka tidak memiliki sikap memenuhi janji sedikit pun. Niat dan kesungguhan mereka tidak ada dalam suatu permasalahan (mudah berubah pen.). Mereka juga bukan orang-orang yang sabar ketika menghadapi pedang (penakut pen.)’.

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku hendak menyampaikan kepadamu beberapa kalimat. Sesungguhnya Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian memberikan dua pilihan kepada beliau antara dunia dan akhirat, maka beliau memilih akhirat dan tidak menginginkan dunia. Engkau adalah darah dagingnya. Demi Allah, tidaklah Allah memberikan atau menghindarkan kalian (ahlul bait) dari suatu hal, kecuali hal itu adalah yang terbaik untuk kalian”. 

Husein tetap enggan membatalkan keberangkatannya. Abdullah bin Umar pun menangis, lalu mengatakan, “Aku titipkan engkau kepada Allah dari pembunuhan”.

Setelah meneruskan keberangkatannya, datanglah kabar kepada Husein tentang tewasnya Muslim bin Aqil. Husein pun sadar bahwa keputusannya ke Irak keliru, dan ia hendak pulang menuju Mekah atau Madinah, namun anak-anak Muslim mengatakan, “Janganlah engkau pulang, sampai kita menuntut hukum atas terbunuhnya ayah kami”. Karena menghormati Muslim dan berempati terhadap anak-anaknya, Husein akhirnya tetap berangkat menuju Kufah dengan tujuan menuntut hukuman bagi pembunuh Muslim.

Bersamaan dengan itu Ubaidullah bin Ziyad telah mengutus al-Hurru bin Yazid at-Tamimi dengan membawa 1000 pasukan untuk menghadang Husein agar tidak memasuki Kufah. Bertemulah al-Hurru dengan Husein di Qadisiyah, ia mencoba menghalangi Husein agar tidak masuk ke Kufah. 

Husein mengatakan, “Celakalah ibumu, menjauhlah dariku”. 

Al-Hurru menjawab, “Demi Allah, kalau saja yang mengatakan itu adalah orang selainmu akan aku balas dengan menghinanya dan menghina ibunya, tapi apa yang akan aku katakan kepadamu, ibumu adalah wanita yang paling mulia, radhiallahu ‘anha”.

Saat Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala, tibalah 4000 pasukan lainnya yang dikirim oleh Ubaidullah bin Ziyad dengan pimpinan pasukan Umar bin Saad. 

Husein mengatakan, “Apa nama tempat ini?” 

Orang-orang menjawab, “Ini adalah daerah Karbala.” 

Kemudian Husein menanggapi, “Karbun (musibah) dan balaa’ (bencana).”

Melihat pasukan dalam jumlah yang sangat besar, Husein radhiallahu ‘anhu menyadari tidak ada peluang baginya. Lalu ia mengatakan, “Aku ada dua alternatif pilihan, (1) kalian mengawal (menjamin keamananku) pulang atau (2) kalian biarkan aku pergi menghadap Yazid di Syam.

Engkau pergi menghadap Yazid, tapi sebelumnya aku akan menghadap Ubaidullah bin Ziyad terlebih dahulu, kata Umar bin Saad. Ternyata Ubadiullah menolak jika Husein pergi menghadap Yazid, ia menginginkan agar Husein ditawan menghadapnya. Mendengar hal itu Husein menolak untuk menjadi tawanan.

Terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 73 orang di pihak Husein berhadapan dengan 5000 pasukan Irak. Kemudian 30 orang pasukan Irak dipimpin oleh al-Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. 

Orang-orang Kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi al-Jausyan –semoga Allah menghinakannya- melemparkan panah lalu mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid, semoga Allah meridhainya. Ada yang mengatakan Amr bin Dzi al-Jausyan-lah yang memotong kepala Husein sedangkan dalam riwayat lain, orang yang menggorok kepala Husein adalah Sinan bin Anas, Allahu a’lam

Yang perlu pembaca ketahui, Ubaidullah bin Ziyad, Amr bin Dzi al-Jausyan, dan Sinan bin Anas adalah pembela Ali (Syiah-nya Ali) di Perang Shiffin.

Ini adalah sebuah kisah pilu yang sangat menyedihkan, celaka dan terhinalah orang-orang yang turut serta dalam pembunuhan Husein dan ahlul bait yang bersamanya. Bagi mereka kemurkaan dari Allah. Semoga Allah merahmati dan meridhai Husein dan orang-orang yang tewas bersamanya. Di antara ahlul bait yang terbunuh bersama Husein adalah:
  • Anak-anak Ali bin Abi Thalib: Abu Bakar, Muhammad, Utsman, Ja’far, dan Abbas
  • Anak-anak Husein bin Ali: Ali al-Akbar dan Abdullah
  • Anak-anak Hasan bin Ali: Abu Bakar, Abdullah, Qosim
  • Anak-anak Aqil bin Abi Thalib: Ja’far, Abdullah, Abdurrahman, dan Abdullah bin Muslim bin Aqil
  • Anak-anak dari Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib: ‘Aun dan Muhammad
Dari Ummu Salamah bawasanya Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “…Jibril mengatakan, “Apakah engkau mencintai Husein wahai Muhammad?” Nabi menjawab, “Tentu” Jibril melanjutkan, “Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau mau, akan aku tunjukkan tempat dimana ia akan terbunuh.” Kemudian Nabi diperlihatkan tempat tersebut, sebuah tempat yang dinamakan Karbala. (HR. Ahmad dalam Fadhailu ash-Shahabah, ia mengatakan hadis ini hasan). 

Adapun berita-berita bahwa langit menurunkan hujan darah, dinding-dinding berdarah, batu yang diangkat lalu di bawahnya terdapat darah, dll. karena sedih dengan tewasnya Husein, berita-berita ini tidak bersumber dari rujukan yang shahih.


Benarkah Sikap Husein ‘alaihissalam Pergi ke Irak?

Tidak ada kemaslahatan dalam hal dunia maupun akhirat dari sikap Husein ‘alaihissalam yang keluar menuju Irak. Oleh karena itu, banyak sahabat Nabi yang berusaha mencegahnya dan melarangnya berangkat ke Irak. Husein pun menyadari hal itu dan ia sempat hendak pulang, namun anak-anak Muslim bin Aqil memintanya mengambil sikap atas terbunuhnya ayah mereka. Husein dengan penuh tanggung jawab tidak lari dari permasalahan ini. Dari peristiwa ini, tampaklah kezaliman dan kesombongan orang-orang Kufah (Syiah-nya Husein) terhadap ahlul bait Nabi ‘alaihumu ash-shalatu wa salam.

Sekiranya Husein ‘alaihissalam menuruti nasihat para sahabat, tentu tidak terjadi peristiwa ini. Akan tetapi Allah telah menetapkan takdirnya. Terbunuhnya Husein ini tentu saja tidak sebesar peristiwa terbunuhnya para Nabi, semisal dipenggalnya kepala Nabi Yahya oleh seorang raja, karena calon istri raja tersebut meminta kepala Nabi Yahya bin Zakariya sebagai mahar pernikahan. Demikian juga dibunuhnya Nabi Zakariya oleh Bani Israil, dan nabi-nabi lainnya. Demikian juga dengan dibunuhnya Umar dan Utsman. Semua kejadian itu lebih besar dibanding dengan peristiwa dibunuhnya Husein ‘alaihissalam. 


Bagaimana Sikap Kita Terhadap Peristiwa Karbala?
 
Tidak diperbolehkan bagi umat Islam, apabila disebutkan tentang kematian Husein, maka ia meratap dengan memukul-mukul pipi atau merobek-robek pakaian, atau bentuk ratapan yang semisalnya. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang-orang yang menampar-nampar pipi dan merobek saku bajunya.” (HR. Bukhari).

Seorang muslim yang baik, apabila mendengar musibah ini hendaknya ia mengatakan sebuah kalimat yang Allah tuntunkan dalam firman-Nya,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

Orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka mengtakan sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Tidak pernah diriwayatkan bahwa Ali bin Husein atau putranya Muhammad, atau Ja’far ash-Shadiq atau Musa bin Ja’far radhiallahu ‘anhum, para imam dari kalangan ahlul bait maupun selain mereka pernah memukul-mukul pipi mereka, atau merobek-robek pakaian atau berteriak-teriak, dalam rangka meratapi kematian Husein. Tirulah mereka kalau engkau tidak bisa serupa dengan mereka, karena meniru orang-orang yang mulia itu adalah kemuliaan.

Tidak seperti orang-orang yang mengaku Syiah (pembela) Husein, Syiahnya ahlul bait Nabi pada hari ini, mereka merusak anggota tubuh, memukul kepala dan tubuh dengan pedang dan rantai, mereka katakan kami bangga menyucurkan darah bersama Husein. Demi Allah, sekiranya mereka berada pada hari dimana Husein terbunuh mereka akan turut serta dalam kelompok pembunuh Husein karena mereka adalah orang-orang yang selalu berhianat.


Posisi Yazid Dalam Peristiwa Ini

Dalam permasalahan ini, Yazid sama sekali tidak turut campur. Aku mengatakan hal ini bukan untuk membela Yazid, tetapi hanya untuk mendudukkan permasalahan yang sebenarnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Husein. Ini adalah kesepatakan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan Ubaidullah bin Ziyad agar mencegah Husein untuk memasuki wilayah Irak. Ketika Yazid mendengar tewasnya Husein, Yazid pun terkejut dan menangis. Setelah itu Yazid memuliakan keluarga Husein dan mengamankan anggota keluarga yang tersisa sampai ke daerah mereka. Adapun riwayat yang menyatakan bahwa Yazid merendahkan perempuan-perempuan ahlul bait lalu membawa mereka ke Syam, ini adalah riwayat yang batil. Bani Umayyah (keluarga Yazid) selalu memuliakan Bani Hasyim (keluarga Rasulullah).

Sebelumnya Yazid telah mengirim surat kepada Husein ketika di Mekah. Ternyata saat surat itu tiba Husein telah berangkat menuju Irak. Surat itu berisikan syair dari Yazid untuk melunakkan hati Husein agar tidak berangkat ke Irak dan Yazid juga menyatakan kedekatan kekerabatan mereka. Bibi Yazid, Ummu Habibah adalah istri Rasulullah dan kakek (Jawa: mbah buyut) Yazid dan Husein adalah saudara kembar.


Kepala Husein

Tidak ada riwayat yang shahih yang menyatakan bahwa kepala Husein dikirim kepada Yazid di Syam. Husein tewas di Karbala dan kepalanya didatangkan kepada Ubaidullah bin Ziyad. 

Tidak diketahui dimana makamnya dan makam kepalanya.

Wallahu Ta’ala a’la wa a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.

Sumber: almanhaj.net

*****

Sumber: kisahmuslim.com


Subhanakallohumma wa bihamdihi,  
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika  
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin

14 Oktober 2015

FILE 333 : Perdebatan Imam Ja’far Ash-Shadiq Dengan Seorang Syi'ah

Bismillaahirrohmaanirrohiim            
Walhamdulillaah, 
wash-sholaatu wassalamu 'ala Rosulillah Muhammad Shollalloohu 'alaihi  wa 'alaa aalihi  wa shahbihi  wa sallam     
Wa ba'du     
…. 
 
Perdebatan Imam Ja’far Ash-shadiq
dengan Seorang Syi'ah yang Kemudian Bertaubat dan Masuk Islam 
         Disalin dari:         
Gen Syiah
 
 
IMAM JA`FAR ASH-SHADIQ 

Dia adalah Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abu Thalib. Perhatikan silsilah keluarganya. Jika anda mengidolakan Ali dan ahlul baitnya maka cintailah keturunannya ini, karena kami pun insya Allah mencintai beliau. Ja`far Ash-Shadiq adalah Imam ke-6 yang diklaim Syiah (Rafidhah) sebagai salah satu Imam 12 mereka yang ma`shum. Semenjak dahulu Syiah mengklaim bahwa mereka mengikuti manhaj dan langkah Ja`far Ash-Shadiq. Madzhab mereka dalam bidang fikih adalah ucapan-ucapan dan pendapatnya.

Ada seorang syi`ah yang mengklaim keutamaan Ali di atas Abu Bakar Ash-Shiddiq di hadapan Ja`far Ash-Shadiq. Setelah orang syi`ah ini mendengarkan argumentasi Ja`far, dia menyatakan taubat dari kesalahannya yang telah mengedepankan seseorang atas Abu Bakar. Teks perdebatan ini diabadikan dalam dua manuskrip yang sangat langka dan berharga. Satu manuskrip ada dalam Perpustakaan Syahid `Ali Basha di Istanbul, yang bernomor 2764. Fakta sejarah ini dituangkan dalam sepuluh halaman. Manuskrip kedua ada dalam Perpustakaan Zhahiriyah, Damaskus dalam kumpulan bernomor 111, sebanyak sembilan lembar.

Kedua manuskrip tersebut berstatus standar, handal dan dikuatkan dengan sanad-sanad (silsilah yang meriwayatkan) dan banyaknya sama`at (riwayat yang dalam bentuk pendengaran) Teks perdebatan ini belum pernah dicetak sebelumnya, hingga Syaikh Ali Abdul Aziz Ali Syibl mengeditnya berdasarkan dua manuskrip tadi dengan meneliti masalah-masalah yang menjadi bahan perdebatan. Cetakan pertama keluar pada tahun 1417 H dengan judul “Perdebatan Ja`far Ash-Shadiq dengan Seorang Rafidhi tentang Pengutamaan antara Abu Bakar dengan Ali Radhiallahu `anhuma”.


TEKS PERDEBATAN 

Seorang Rawi (Narator) menuturkan bahwa ada seorang Syiah (Rafidhi) mendatangi Ja`far Ash-Shadiq. Ia segera berucap salam,”Assalamu `alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.” Ja`far langsung menjawab salam.

1. Orang tadi bertanya,”Wahai putra Rasulullah, siapakah manusia terbaik setelah Rasulullah shalallahu `alaihi wasallam?

Ja`far Ash-Shadiq menjawab:”Abu Bakar.”

2. Ia bertanya,”Mana hujjah (dalil) dalam hal itu?”

Dia menjawab,” Firman Allah ta`ala: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya dari (Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata,”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad), dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.”(Surat At-Taubah:40).

Coba pikirkan, apa ada orang yang lebih baik dari dua orang sedang yang ketiganya adalah Allah?? Tidak ada seorangpun yang lebih afdhal dari Abu Bakar selain Nabi Shalallahu `alaihi wasallam.

3. Maka Rafidhi (Syi`ah) berkata:”Sesungguhnya Ali bin Abu Thalib telah tidur di tikar Rasulullah (demi menggantikannya) tanpa mengeluh (jaza`, artinya tabah) dan tidak takut (faza`, artinya tegar).”

Maka Ja`far Ash-Shadiq berkata,”Dan begitu pula Abu Bakar, dia bersama Rasulullah ,tanpa jaza` dan faza`.

4. Orang tadi menyanggah,”Sesungguhnya Allah ta`ala telah menyatakan berbeda dengan apa yang anda katakan!”

Ja`far Ash-Shadiq bertanya kepadanya,”Apa yang di firmankan Allah?”

Dia (orang Syi'ah) menjawab,”Ketika dia berkata kepada temannya,”Janganlah kamu berduka cita (huzn). Sesungguhnya Allah bersama kita,“Bukankah ketakutan tadi adalah jaza`?”

Ja`far Ash-Shadiq menjelaskan,”Tidak! Karena huzn (sedih) itu bukan jaza` dan faza`. Sedihnya Abu Bakar adalah khawatir jika Rasulullah dibunuh dan agama Allah tidak lagi ditaati. Jadi kesedihannya terhadap agama Allah dan terhadap Rasul Allah bukan sedih terhadap dirinya. Bagaimana (ia sedih), dia telah disengat (hewan berbisa) lebih dari seratus sengatan dan tidak pernah mengatakan “His” juga (tidak pernah) mengatakan “Uh”!

5. Orang Syi`ah berkata: Sesungguhnya Allah Ta`ala berfrman,“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)” (Surat Al-Maidah:55).
 
Ayat ini turun tentang perihal Ali bin Abu Thalib ketika menshadaqohkan cincinnya ketika dia ruku`, maka Rasulullah bersabda,“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya (ayat) di dalam diriku dan ahlul baitku.”

Ja`far Ash-Shadiq menjelaskan,”Ayat yang sebelumnya lebih agung daripadanya. Allah berfirman,”Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum (bisa kelompok atau orang) yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintainya”(Surat Al-Maidah 54, ayat sebelumnya). 


Ternyata perbuatan riddah (murtad, keluar dari islam) terjadi besar-besaran sepeninggal Rasulullah shalallahu `alaihi wasallam. Orang-orang kafir itu berkonsentrasi di Nawahand, mereka berkata,”Orang yang selama ini mereka bela—maksudnya Nabi—-kini telah mati.” Hingga Umar Radhiallahu `anhu berkata (kepada Abu Bakar yang bertekad memerangi mereka),”Terimalah salat dari mereka dan dan biarkan (tinggalkan, maafkan) zakat bagi mereka. 

Maka Abu Bakar berkata,”Demi Allah seandainya mereka menghalangiku (tidak mau menyerahkan) zakat yang dulu mereka membayarkannya kepada Rasulullah, pasti aku memerangi mereka seorang diri.” Maka ayat ini lebih utama untuk Abu Bakar Radhiallahu `anhu.

6. Rafidhi tersebut melanjutkan argumennya, “Sesungguhnya Allah Ta`ala berfirman:”Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari secara sembunyi dan terang-terangan” (Al-Baqoroh:274).

Ayat ini turun tentang perihal Ali alaihi salam. Dia memiliki empat dinar. Satu dinar dia nafkahkan di malam hari, satu dinar dia nafkahkan di siang hari, satu dinar secara sembunyi-sembunyi dan satu dinar dengan terang-terangan. Maka turunlah ayat ini.”


Ja`far Ash-Shadiq menjelaskan,”Abu Bakar memiliki yang lebih utama lagi di dalam Al-Qur`an. Allah berfirman (dalam surat Al-Lail): “Demi malam apabila menutupi -ini adalah sumpah Allah— Dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga). —Ia adalah Abu Bakar— Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah —Ia adalah Abu Bakar— Yang menafkahkan hartanya (dijalan Allah) untuk membersihkannya —Ia adalah Abu Bakar— Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya—ia adalah Abu Bakar. 

Dia telah menafkahkan untuk (dakwah Rasulullah) sebanyak 40 ribu, sehingga beliau bersuka cita. Kemudian turunlah Jibril alaihi salam memberi kabar bahwa ”Allah yang Maha Tinggi dan Luhur memberi salam untukmu dan Dia berkata bacakan juga kepada Abu Bakar salam dariku, dan katakan kepadanya: Apakah engkau rela kepada Allah dalam kefakiranmu ini ataukah tidak suka ? 

Abu Bakar menjawab, “Apa mungkin aku marah (tidak suka) kepada Rabb-ku ? Aku ridha kepada Rabbku, Aku ridha kepada Rabbku, dan berjanji untuk membuatnya ridha (senang dan puas).”

7. Rafidhi itu berkata,”Sesungguhnya Allah berfirman,”Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil haram, kamu samakan dengan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah.” (At-Taubah: 19) Ayat ini turun tentang perihal Ali.

Maka Ja`far Ash-Shadiq mengatakan,”Abu Bakar memiliki yang lebih afdhal di dalam Al-Qur`an. Dia berfirman,”Tidak sama diantara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Makkah), mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik” (Al-Hadid:10). 

Adalah Abu Bakar orang yang pertama kali menafkahkan hartanya untuk Rasulullah, orang yang pertama kali berperang dan yang pertama berjihad.

Orang-orang Musyrik berdatangan memukuli Nabi shalallahu `alaihi wasallam sampai berdarah. Begitu Abu Bakar mendengar berita itu dia langsung berlari mendatangi, lalu dia berkata,”Celaka kalian. Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan Rabb-ku adalah Allah, padahal dia telah membawa bukti-bukti yang jelas dari Tuhan kalian?!” Maka mereka meninggalkan Nabi dan berbalik memukuli Abu Bakar hingga tidak jelas antara hidung dan wajahnya. Dia adalah orang yang pertama berjihad di jalan Allah dan orang yang pertama berperang bersama Rasulullah, serta orang yang menafkahkan hartanya. 

Rasulullah telah bersabda,”Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku seperti manfaatnya harta Abu Bakar.”

8. Rafidhi terus berkata: “Sesungguhnya Ali tidak pernah menyekutukan Allah walau sekejap mata”

Maka Ja`far Ash-Shadiq menjawab,”Sesungguhnya Allah telah memuji Abu Bakar dengan pujian yang telah mencukupi dari segala-galanya. Allah berfirman:”Dan orang yang membawa kebenaran —ia adalah Muhammad— Dan yang membenarkannya —Ia adalah Abu Bakar.— Mereka itulah orang-orang yang bertakwa(Az-Zumar :33). 

Semua orang berkata kepada Nabi, “Engkau adalah dusta”, sedangkan Abu Bakar, hanya dia yang berkata, “Engkau benar.” Maka turunlah ayat ini berkenaan dengannya, ayat tashdiq (pembenaran) secara khusus. Maka Abu Bakar adalah orang yang takwa (taqiy), bersih (naqiy), yang diridhoi (mardhi), yang ridha (radhiy), yang adil (`adl), penegak keadilan (mu`addil) dan yang menepati janji (wafiy).

9. Rafidhi itu kemudian berkata,”Sesungguhnya mencintai Ali adalah fardhu (kewajiban) menurut ketetapan Allah:”Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan” (Asy-Syura:23).

Ja`far Ash-Shadiq mengatakan bahwa Abu Bakar pun memiliki seperti itu, Allah berfirman,”Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo`a,`Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang`
(Surat Al-Hasyr:10).

Abu Bakar adalah orang yang lebih dulu membawa iman, maka istighfar untuknya adalah wajib dan mencintainya adalah fardhu serta membencinya adalah kufur.


10. Rafidhi berkata:”Sesungguhnya Nabi bersabda,Hasan dan Husain keduanya adalah sayyid (pemuka) pemuda Ahli surga dan bapak mereka berdua lebih baik dari keduanya.

Ja`far Ash-Shadiq berkata kepadanya,”Bagi Abu Bakar disisi Allah ada keutamaan yang melebihi itu. Aku diberitahu oleh bapakku, dari kakekku, dari Ali bin Abu Thalib, dia berkata: “Saya ada disamping Rasulullah, tidak ada orang lain selain aku. Tiba-tiba muncullah Abu Bakar dan Umar, maka Nabi bersabda, “Hai Ali! kedua orang ini sayyid (pemuka) penduduk ahli surga, yang tua maupun yang muda, yang telah lewat dan yang terdahulu dari generasi awal maupun yang tersisa dan yang tinggal dari generasi belakangan, kecuali para Nabi. Jangan engkau beritahukan kepada keduanya Ali” Maka aku tidak memberitahukannya kepada siapapun hingga keduanya tiada. 


(Hadist riwayat Abdullah bin Ahmad dalam al-Musnad; Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq jilid IX hal 307; At-Tirmidzi jilid IV hal310; Ibnu Majah no94. Diriwayatkan oleh banyak sahabat seperti Ali, Anas, Abu Juhaifah, Jabir dan Abu Sa'id)

11. Rafidhi berkata,”Manakah yang lebih utama, Fathimah putri Rasulullah ataukah Aisyah binti Abu Bakar?”

Ja`far Ash-Shadiq menjawab,” Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yaa siin, Demi Al-Qur`an yang penuh hikmah, Haa miim, Demi Al-Kitab yang memberi penjelasan (nyata)”

Kemudian dia berkata,”Aku bertanya kepadamu, manakah yang lebih baik, Fathimah putri Rasulullah ataukah Aisyah binti Abu Bakar, apakah kamu membaca Al-Qur`an?”

Kemudian Ja`far melanjutkan, “Aisyah binti Abu Bakar adalah istri Rasulullah, ia akan bersamanya di surga. Sedangkan Fathimah putri Rasulullah adalah sayyidah (pemuka) wanita ahli surga. Yang mencela istri Rasulullah, mudah-mudahan dilaknat Allah dan yang membenci putri Rasulullah, mudah-mudahan dihinakan oleh Allah.

12. Maka Rafidhi menjawab, “Aisyah telah memerangi Ali, dan ia adalah istri Rasulullah.” 

Ja`far Ash-Shadiq menjelaskan, “Benar, celaka kamu! Allah ta`ala berfirman, “Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah.” (Surat Al-Ahzab:53).

13. Kemudian Rafidhi berkata,” Apakah khilafah Abu Bakar, Umar dan Ustman ada dalam Al-Qur`an?”

Ja`far Ash-Shadiq menjawab, “Ada, bahkan di dalam Taurat dan Injil. Allah berfirman,”Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat. (Al-An-`am:165). 

Allah pun berfirman,”Atau siapakah yang memperkenankan (do`a) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo`a kepada Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. (An Naml:62)

Allah berfirman, “Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka.”(An-Nur:55)


14. Rafidhi meminta kejelasan,”Wahai putra Rasulullah, lalu manakah khalifah mereka di dalam Taurat dan Injil?”

Ja`far Ash-Shadiq menjawab, “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya —dia adalah Abu Bakar—,”Keras terhadap orang-orang kafir —dia adalah Umar,””Berkasih sayang sesama mereka —dia adalah Ustman,”Kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya —dia adalah Ali— “Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”—ini adalah para sahabat Rasulullah—” Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil.(Lihat surat Al-Fath:29) 

Rafidhi bertanya,”Apa yang dimaksud dalam Taurat dan Injil?”

Ja`far Ash-Shadiq menjawab, “Muhammad Rasulullah dan para khulafa sesudahnya Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.

Kemudian Ja`far Ash-Shadiq memukul dada Rafidhi. Dia berkata,”Allah Ta`ala berfirman,”Seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat—Abu Bakar—”Lalu menjadi besarlah ia —Umar— ”Dan tegak lurus di atas pokoknya —Ustman—”Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan kekuatan orang-orang mukmin” —Ali bin Abu Thalib—,”Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih diantara mereka ampunan dan pahala yang besar—inilah para sahabat secara keseluruhan. Semoga Allah meridhoi mereka, sungguh celaka kamu! 

Aku diberitahu bapakku dari kakekku dari Ali bin Abu Thalib, Rasulullah bersabda,”Aku adalah orang yang pertama bangkit dari bumi, dan tidak ada kesombongan. Allah memberi kemudahan kepadaku dari hal-hal yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku. 

Kemudian Dia (Allah) memanggil, “Dekatkan para khulafa sesudahmu” 

Maka aku berkata,”Ya Rabb! Siapakah khulafa itu?” 

Maka Dia berkata,”Abdullah bin Ustman Abu Bakar Ash Shiddiq” 

Maka orang yang pertama keluar dari tanah setelahku adalah Abu Bakar. Dia kemudian didirikan di hadapan Allah Ta`ala untuk dihisab dengan hisab yang ringan sekali (hisaban yasiiro), kemudian dia diberi pakaian stelan berwarna hijau, kemudian didirikan di depan Arsy. 

Kemudian ada panggilan,”Mana Umar bin Al-Khathtab?” Datanglah Umar dengan urat–urat leher masih mengalirkan darah. Dia (Allah) bertanya, “Siapa yang telah berbuat seperti ini kepadamu?” Umar menjawab,”Budak Mughirah bin Syu`bah.” Dia lalu didirikan di hadapan Allah lalu dihisab dengan hisab sangat ringan dan diberi pakaian stelan warna hijau lalu didirikan di depan Arsy. 

Kemudian didatangkan Ustman bin `Affan dengan urat-urat leher yang mengucurkan darah. Dia ditanya, “Siapa yang telah berbuat seperti ini kepadamu?” Maka dia menjawab,”Fulan bin fulan” Dia lalu didirikan di hadapan Allah lalu dihisab dengan hisab sangat ringan dan diberi pakaian stelan warna hijau lalu didirikan di depan Arsy. 

Kemudian didatangkan Ali bin Abu Thalib dengan urat-urat leher yang mengucurkan darah. Dia ditanya, “Siapa yang telah berbuat seperti ini kepadamu?” Maka dia menjawab,Abdurrahman bin Muljam” Dia lalu didirikan di hadapan Allah lalu dihisab dengan hisab sangat ringan dan diberi pakaian stelan warna hijau lalu didirikan di depan Arsy.”

15. Rafidhi tadi sekali lagi bertanya,”Apakah ini semua ada didalam Al-Qur`an, wahai putra Rasulullah?”

Ja`far Ash-Shadiq menegaskan, “Ya, Allah berfirman,”Dan didatangkan para Nabi dan syahid-syahid”—Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali— “Dan diberi keputusan diantara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (Surat Az-Zumar:69).

16. Akhirnya Rafidhi tadi bertanya,”Wahai putera Rasulullah, apakah Allah masih mau menerima taubat saya dari dosa-dosa saya yang telah memisahkan antara Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali?”

Ja`far Ash-Shadiq menjawab,” Tentu, pintu taubat selalu terbuka, maka perbanyaklah ishtigfar untuk mereka. Adapun jika sekiranya kamu mati dalam keadaan menyalahi mereka, maka kamu pasti mati di atas dasar selain fitrah Islam, dan amal-amalan orang kafir akan sirna tak tersisa.

Akhirnya orang tadi bertaubat, meninggalkan ucapan buruknya dengan taubat nashuha.

*****
 
Sumber: masjumat.com


Baca Juga:
Subhanakallohumma wa bihamdihi,  
Asyhadu an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika  
Wa akhiru da'wana, walhamdulillahirobbil 'alamiin